Audit
Berbasis ISA
(International Standar on Auditing)
Mengapa
ISA, apa perubahannya.??
Mari
kita telusuri..
Sifat perubahan substantive dan
mendasar (antara ISA dan standar sebelumnya)
Auditing Berbasis Risiko (Risk Based
Audit)
Ciri
yang paling menonjol dari audit berbasis ISA ini adalah penekanan terhadap
aspek risiko. Dengan kata lain, Audit berbasis ISA ini merupakan audit berbasis
risiko.
Bagian
ini melihat secara utuh makna audit berbasis risiko melalui pemahaman beberapa
konsep dasar yang saling berkaitan
Ø
Reasonable Assurance (Asurans yang
layak)
Asurans yang layak adalah asurans yang
tinggi, tetapi bukan pada tingkat tinggi yang mutlak (absolute level of
assurance). Asurans yang layak dicapai ketika auditor memperolah bukti audit
yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit.
Risiko audit adalah risiko di mana auditor
memberikan opini yang salah ketika laporan keuangan disalahsajikan secara
material.auditor ingin menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat
diterima (to an acceptably low level). Dengan bukti audit yang cukup tepat,
auditor sudah menekan risiko audit. Namun, tidak mungkin sampai ke tingkat nol,
karena adanya kendalabawan dalam setiap audit, yang sering disebut dengan
inheren risk.
Ø
Inherent Limitations (Kendala Bawaan)
Terdapat 4 kendala bawaan dalam audit
1. Sifat
pelaporan keuangan
-
Judgment manajemen dalam menerapkan
kerangka pelaporan keuangan
-
Keputusan atau penilaian subjektif
seperti estimasi oleh manajemen dalam memilih berbagai tafsiran.
2. Sifat
bukti audit yang tersedia
Bukti audit terutama diperoleh melalui
pelaksanaan prosedur audit, meliputi informasi yang diperoleh dari sumber lain
seperti : Audit yang lalu ; prosedur kendali mutu ; catatan pembukuan entitas ;
dan bukti audit yang dibuat tenaga ahli yang digunakan entitas
3. Sifat
prosedur audit
Bagaimanapun bagusnya rancangan
prosedur audit, ia tidak akan mampu mendeteksi setiap salah saji :
-
Setiap sampel <100 mengandung risiko
bahwa salah saji tidak akan terdeteksi
-
Manajemen/pihak lain (sengaja/tidak)
mungkin tidak memberikan semua informasi yang diminta.
-
Kecurangan yang canggih, disembunyikan
dengan rapi
-
Prosedur audit untuk mengumpulkan bukti
audit mungkin tidak mendeteksi informasi yang hilang.
4. Pelporan
keuangan tepat waktu
Relevansi informasi keuangan cenderung
menurun dengan lewatnya waktu. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara
keandalan informasi dan biayanya.
Ø
Audit scope (Lingkup Audit)
Lazimnya, lingkup pekerjaan auditor dan
opini yang diberikannya, dibatasi pada menjawab pertanyaan : apakah laporan
keuangan dibuat, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasiatau
opini wajar tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin keberhasilan dan daya tahan
entitas tersebutdimasa mendatang. WTP juga tidak mancerminkan apakah manajemen
mengelola entitas secara efektif dan efisien.
Ø
Salah Saji Material (Material
misstatements)
Salah saji yang material bisa terjadi jika
secara layak dapat diharapkan akan mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai
laporan keuangan.
Salah saji yang material bisa :
-
Terjadi secara sendiri-sendiri atau
bersama
Contoh : Laporan keuangan mencantumkan
pabrik senilai 10 M, pabrik itu tidak pernah dibangun atau dibeli. LK tersebut
mengandung salah saji yang material.
-
Berupa salah saji yang tidak dikoreksi
Misalnya salah saji ditemukan oleh
auditor kemudian dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan, namun kepala
pembukuan tidak bersedia mengoreksinya.
-
Berupa pengungkapan yang menyesatkan
(Misleading disclosure)
-
Berupa kesalahan (error) atau
kecurangan (fraud)
Ø
Asersi
Asersi adalah representasi/pernyataan
manajemen secara eksplisit maupun implicit mengenai laporan keuangan. Asersi berhubungan
dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dari berbagai unsure laporan
keuangan.
Risiko
Audit
Risiko
|
Sifat
|
Sumber
|
Risiko bawaan dan Risiko pengendalian
|
LK mungkin berpotensi mengandung
salah saji yang material
|
Tujuan/operasi entitas dan rancangan
pengendalian internal oleh manajemen
|
Risiko Deteksi
|
Auditor mungkin gagal mendeteksi
salah saji yang material dalam laporan keuangan
|
Sifat dan luasnya prosedur audit yang
dilaksanakan auditor.
|
Untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima, auditor harus :
-
Menilai risiko salah saji yang material
-
Menekan risiko pendeteksian
·
Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Adalah
kerentatan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun atau
pengungkapan)
terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung tanpa memperhitungkan pengendalian terkait.
terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung tanpa memperhitungkan pengendalian terkait.
·
Risiko pengendalian (Control Risk)
Risiko
bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi dan bisa material,
sendiri atau tergabung dengan salah saji lainnya, tidak tercegah atau
terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian intern entitas.
·
Risiko Deteksi
Risiko
bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material,
secara indiovidu atau tergabung dengan salah saji lainnya.
Tiga langkah Audit Berbasi Risiko
1. Menilai
Risiko (Risk Assessment)
Melaksanakan prosedur penilaian risiko
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan.
2. Menanggapi
Risiko (Risk Response)\
Merancang dan melaksanakan prosedur
audit selanjutnya yng menanggapi risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai,
pada tingkat laporan keuangan dan asersi
3. Pelaporan
(Reporting)
Tahap melaporkan meliputi :
1. Merumuskan
pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh
2. Membuat
dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.
Oke, sekian dulu dari saya, Semoga bermanfaat
Jika ada kritik atau saran, silahkan tuliskan di kolom komentar ya guys..